Pakailah Otak Kanan untuk Beramal Sholeh dan Otak Kiri ketika akan Beramal Maksiyat

Jangan berfikir otak kiri dulu, tapi prasangkalah dengan  otak kanan. Selesaikan bacaannya baru berkesimpulan.  Sejak para peneliti dan ilmuwan membahas perkara otak, membuat kita semakin terbelalak dan menyadari diri akan fungsi kedua belah otak kita. Ketika awal orang banyak berorientasi ke otak kiri alias IQ semata, semua serba IQ, orang pandai banyak dicari, kalau tidak IQ tinggi tidak terpakai. Ternyata sekarang banyak orang mulai membuka mata dengan ada potensi lain yang belum terberdayakan, yaitu otak kanan. Memang zhalim sih, kita punya dua sisi otak tapi yang digunakan hanya satu sisi saja, padahal di alam semesta ini memiliki prinsip berpasang-pasangan untuk menjaga keseimbangan, kecuali Sang Pencipta Alam Yang Maha Tunggal, Al Ahad. Ada kiri ada kanan, ada atas ada bawah, ada laki-laki ada perempuan (jangan buat kelompok kelamin abu-abu, sorry ya…), ada positip ada negatip, ada proton ada elektron, dan… banyak lagi. Keseimbangan ini berarti tetap mengfungsikan keduanya sesuai dengan karakteristik dan penempatannya. Banyak yang ribut tentang kekeliruan pendidikan berorientasi otak kiri, dan menginginkan mengalihkan pendidikan berorientasi otak kanan, keduanya juga sebuah kekeliruan juga. Sebenarnya bagaimana pendidikan yang ada mengkombinasikan kedua potensi peserta didik yang memiliki potensi otak kiri dan otak kanan, dan menempatkan serta mengembangkan sesuai dengan fungsi dan potensinya.

Ciri otak kanan dan ciri otak kiri

Perlu diketahui bahwa potensi otak kiri dan otak kanan itu sama luar biasanya yang diberikan oleh Sang Pencipta Yang Maha Sempurna dengan ciptaannya. Memang terkadang terlihat bertentangan tetapi bila dikombinasikan akan menghasilkan ledakan potensi luar biasa. Toh, lampu menyala karena ada kutub potensial listrik yang berbeda. Bumi terlindungi oleh sabuk van Allen (van Allen belt) dari terpaan pancaran radioaktif sinar matahari akibat fungsi dua kutub yang berbeda yang ada di perut bumi. Dan manusia berkembangbiak di muka bumi juga makhluk hidup yang ada, akibat dari adanya perbedaan kelamin padanya. Dan so pasti, banyak lagi yang merupakan kombinasi dari perbedaan dua jenis yang berbeda menghasilkan hal yang luar biasa di alam semesta ini. Subhanallah.

Kembali ke persoalan potensi otak kiri dan kanan, yang memiliki potensi dan karakteristik yang berbeda, bila dikombinasikan fungsi dan potensinya, dipastikan seorang manusia ini akan memiliki hal yang luar biasa. Kombinasi dari kedua fungsi otak ini memang tidak 100 persen imbang (maksudnya berfungsi pada manusia tidak 50-50 persen), hanya kecenderungan condong ke kiri atau ke kanan. Dan kombinasi ini membuat indah kehidupan. Alampun memberi pelajaran, apa yang ada di alam semesta ini ada yang simetris, ada yang asimetris, bahkan ada yang acak sehingga membuat kombinasi pola yang luar biasa indah.

Cobalah kita simak perbedaan tersebut. Otak kiri memiliki sifat, karakter dan potensi seperti rasional, terkait pada intelegensia, bersifat kognitif, berfikir logis dan realistis, analistik, kuantitatif, aritmatik, serial, linier, terencana, kausal, segmental, fokus, verbal, eksplisit, intrapersonal, self centric, dan mengatur anggota gerak kanan atau motorik kanan. Sementara otak kanan memiliki sifat, karakter dan potensi seperti emosional, terkait pada EQ, afektif, intuitif, imajinatif, artistik, kualitatif, spasial, paralel, lateral, tak terencana, impulsif, holistik, difus, visual, implisit, interpersonal, other centric, dan mengatur anggota gerak kiri atau motorik kiri. Bayangkan potensi ini, bila terkombinasi…luar biasa sebuah kesempurnaan. Memang, dalam kehidupan ini kecenderungan yang terjadi pada diri seseorang, apakah cenderung kiri, atau cenderung kanan. Dan terkadang bila salah penempatan potensi, maka seolah seseorang memiliki kesalahan potensi. Mau lihat contoh:

1.Ketika seseorang ingin jadi pengusaha, bila menggunakan potensi otak kiri pasti lambat. Jelas. Karena pasti mengkalkulasi sampai hal yang terkecil-kecilnya alias bertele-tele. Beda bila menggunakan otak kanan, akan menghasilkan kreativitas-kreativitas kerja yang menghasilkan harta atau menjadi pengusaha. Apalagi yang memiliki keinginan menjadi seorang pengusaha besar, asahlah otak kanannya bukan otak kirinya.

2.Orang mau nikah, bila menggunakan potensi otak kiri pasti bermasalah (maaf, saya menggunakan istilah dari Bapak Ippho), pasti hitung-hitungan dan lama sehingga banyak telat nikah (bukan karena berat jodoh). Kalau otak kanan sederhana, taaruf, ada jaminan keimanan (ketaqwaan) atau kebaikan akhlaknya, lamaran (tidak dipersulit dengan tetek bengek syarat yang menyusahkan), dan nikah. Rezeki? Allah yang tanggung (percaya deh!!!).

3.Orang mau latihan sepeda atau motor, bila menggunakan potensi otak kiri maka akan belajar manual dulu secara lisan maupun tulisan. Tapi bila pakai otak kanan, mencoba dahulu, ada kesalahan sampai benjol dan lecet…biasa.

4.Bila perusahaan pesawat terbang komersial membuat pesawat, mustahil menggunakan orang-orang ahli yang memiliki potensi otak kanan. Pasti ngawur dan bisa bikin celaka banyak orang. Maka dipastikan menggunakan para ahli yang memiliki potensi otak kiri, dengan perhitungan tingkat resiko dan ketelitian yang sangat tinggi. Kecuali desain asesoris tambahan di dalam pesawat untuk kenyamanan dan nilai estetika interior pesawat.

5.Demikian pula dalam perekrutan pilot pesawat komersial, mustahil memilih orang yang memiliki kecenderungan yang tinggi ke potensi otak kanan. Ia dipastikan pula akan malas menggunakan prosedural penerbangan, kecuali ia seorang pilot akrobatik berani mati yang menerbangkan pesawat di gurun pasir yang luas dan jauh dari pemukiman. Atau pilot kamikaze dalam perang hebat.

6.Atau sebuah perusahaan farmasi yang membutuhkan ahli apoteker yang handal, dipastikan harus memiliki potensi otak kiri yang hebat. Karena bila apotekernya cenderung ke potensi otak kanannya dipastikan banyak orang yang akan keracunan obat. Bandar narkoba saja masih milih peracik narkoba yang memiliki potensi otak kiri yang handal, kecuali orang yang mau bunuh diri, mengoplos berbagai obat bahkan racun serangga (tidak perlu otak kiri….otak miring saja bisa alias orang gendheng).

Kombinasi potensi inilah yang membuat indahnya peradaban manusia, hanya banyak manusia salah menempatkan alias zhalim.

Hubungan otak kanan dan kiri dengan amaliyah ibadah manusia ada panduannya, tapi bila salah penempatannya juga menjadi masalah bagi manusia yang menjalankan amaliyah tersebut. Dalam tulisan sederhana ini mencoba mengupas dengan fakta ayat qauliyah dan kauniyahnya.

Pakailah Potensi Otak Kanan dalam  Beramal Solehlah

Dalam beramal sholeh haruslah menggunakan potensi otak kanan, hal ini kalau dikaji dalam dalil qauliyah sangat jelas serta kauniyah nyata dalam kehidupan. Bukan menggunakan potensi otak kiri yang penuh pertimbangan. Dalam Al Qur’an banyak sekali ayat-ayat yang ketika menyuruh untuk beramal sholeh selalu berorientasi pada potensi otak kanan dan yang punya kejutan-kejutan dalam kehidupan serta balasan (jaza’) yang diberikan, contoh :

a.QS.Al Baqarah ayat 261, perumpamaan orang yang bershadaqah akan mendapat balasan seperti satu butir benih kemudian tumbuh menjadi tujuh tangkai dengan masing-masing tangkai memiliki seratus bulir biji. Logika, orang shadaqah 1000 balasannya semestinya 1000, tetapi justru balasannya senilai 700 kali lipat alias 700 ribu di sisi Allah. Terserah Allah bentuk balasannya berupa apa.

b.QS.Al Baqarah ayat 271, perumpamaan orang yang sedekah kepada orang fakir secara sembunyi-sembunyi maka balasannya adalah Allah akan menghapus sebagian kesalahan-kesalahan yang kita perbuat. Layaknya sebuah tebusan. Tapi orang justru pamer sedekah untuk mendapatkan pahala dermawan di dunia.

c.QS.As Syuura ayat 23, balasan bagi orang yang berbuak kebaikan maka balasannya adalah pelipat gandaan dari kebaikan dari yang ia lakukan yang ia terima.

d.QS.Al An’am ayat 160, balasan berbuat baik senilai sepuluh kali lipat balasan di sisi Allah berbeda ketika berbuat kejahatan hanya dibalas setara dengan nilai kejahatan tersebut.

e.QS.Al Baqarah ayat 2, menjelaskan bahwa Kitab ini (al Quran) tidak ada keraguan terhadap isi dan implikasinya bagi orang-orang yang beriman (menyatakan dirinya beriman) – ini potensi otak kanan mengakuinya. Tapi banyak orang masih ragu terhadap isi dan implikasinya. Justru lebih percaya dengan ramalan orang yang tidak berpendidikan atau dari buku ramalan atau dari suara hewan yang ada di sekitarnya. Selalu hitung-hitung untungnya yang didapat bila menggunakan isi dan implikasinya dalam kehidupannya, sekiranya ‘merugikan’ ditinggal, khawatir mendapat cemoohan orang banyak karena dianggap ‘orang aneh’.

f.Orang diperintah puasa ramadhan 30 hari ditambah 6 hari syawal maka nilainya menjadi setara dengan puasa satu tahun, kalau hal ini dipikir-pikir pakai otak kiri susah nyambungnya.

g.Orang yang ibadah di bulan ramadhan di sepertiga terakhirnya dan diizinkan ketemu dengan malam lailatul qadar, maka nilainya menjadi setara dengan beribadah secara kontinyu untuk semua ibadahnya selama 1000 bulan atau 83,3 tahun. Di Indonesia (barangkali) hari raya idul fitri lebih meriah ketimbang hari raya idul adha, karena sibuk mempersiapkan pesta besar Hari Raya dan lupa nyawal (puasa syawal).

h.Orang yang berinfaq tidak melihat kondisi lapang mupun sempit maka balasannya dari Allah adalah syurga seluas langit dan bumi (QS.Ali Imron ayat 133-134).

i.Logikanya sholat mencegah perbuatan fasik dan kemungkaran (buruk dan kerusakan) seperti pada ayat 45 dari QS.Al Ankabut, tetapi justru banyak yang sholat banyak pula yang berbuat fasik dan mungkar. Pasti karena menggunakan otak kiri bukan otak kanan, alias hitung-hitungan alias lalai (saahun), riya (ra’un), enggan menolong (yamna’un), lihat QS. Al Ma’uun.

j.Orang yang nikah, Allah jamin rezekinya dengan keutamaanNya (lihat QS. An Nur ayat 32-33) tapi orang ragu untuk menikah dan lebih baik melajang atau mereka menunda-nunda nikah karena TERLALU banyak syarat yang harus dipenuhi (menunggu mapan dulu, punya penghasilan tetap dulu, jadi pegawai tetap dulu, punya ‘ini’ dan ‘itu’ dulu).

k.Dengan zakat dan shadaqah akan menghilangkan sifat-sifat buruk dalam diri manusia beserta efek-efeknya dalam amaliyah, menyuburkan harta benda layaknya sebuah tanaman yang baik tumbuh di tanah yang subur, lihat QS. At Taubah ayat 103.

l.Seseorang yang mengucapkan kalimat tauhid dengan murni dan konsekuen, diumpamakan seperti tanaman yang memiliki karakteristik batangnya kuat, akarnya kuat, cabangnya menjulang dan melebar serta menghasilkan buah sepanjang musim tanpa henti, lihat QS.Ibrahim ayat 24-25. Artinya seseorang tersebut memiliki manfaat  yang luar biasa bagi dirinya, orang lain, orang banyak dan lingkungannya hingga ia menemui kematiannya.

m.Dalam Bab Niat, ada sebuah hadits menjelaskan bahwa baru niat baik saja dan belum dikerjakan dibalas satu balasan kebaikan, kemudian bila dilaksanakan maka diberi balasan sepuluh kali lipat bahkan lebih (bahasa sederhananya tak terhingga, ‘ghoiru hisab’), lihat di kitab Riyadhus Shalihin Bab Niat karangan Imam Nawawi.

n.Masih banyak lagi kalau mau membongkar ayat quliyah dan kauniyahNya.

Artinya apa? Dari semua tawaran yang ditawarkan oleh Allah jauh di luar logika dan nalar manusia yang cenderung suka berhitung-hitung (potensi otak kiri). Bahkan Allah sendiri menantang manusia untuk menghitung-hitung nikmat, balasan, ganjaran kebaikan yang diberikanNya kepada manusia, dan Allah sendiri langsung menjawab dengan jawaban retorika Allah yaitu PASTI TIDAK MUNGKIN DAPAT menghitung, lihat QS. Ibrahim ayat 34. Sederhananya dalam beramal sholeh, berfoya-foyalah dalam beramal sholeh, dan jelas pasti kualitas (ahsanu amalan) juga dong….sip.

Pakailah Potensi Otak Kiri ketika Berbuat maksiat

Nah berbeda dengan amalan sholeh yang harus berfoya-foya alias tidak usah hitung-hitungan, untuk amalan maksiyat dianjurkan untuk berhitung-hitung alias pakai otak kiri. Menganalisis untung ruginya, melihat realistis kebutuhan, harus logis, melihat hubungan sebab akibat, berbicara dengan diri sendiri (intrapersonal) alias muhasabah, hubungan dengan akal (ayat banyak bicara tentang akal) masuk akal atau tidak. Allah pun memberikan gambaran imbalannya sejelas-jelasnya dan berimbang tidak kurang dan tidak lebih (berbeda dengan kebaikan, baru berniat baik sudah dapat balasan satu kebaikan). Contoh:

a.Niat buruk, bila seseorang berniat buruk dan belum bahkan tidak jadi dilaksanakan maka belum diberi balasan hukuman, dan bila dilaksanakan maka hukumannya seimbang dengan satu balasan hukuman yang setimpal. Baca di Kitab Riyadhus Shalihin Bab Niat karangan Imam Nawawi.

b.Hukum membunuh, maka balasannya adalah sama yaitu di hukum mati sesuai dengan aturannya (nyawa bayar nyawa) tetapi secara hukum aturan yang sesuai syariat Allah (syarat dan ketentuan yang berlaku). Karena dibalik hukuman ini ada hikmah yang luar biasa, diantaranya yang terhukum diterima taubatnya secara langsung. Tetapi bila keluarga korban bila memaafkan maka hukuman tidak dilaksanakan, dan keduanya mendapat balasan yang berlipat dari Allah. Lihat pada QS.Al Baqarah ayat 178-179. (hitung-hitung, analisis, dampak sebab akibatnya….), jangan hanya sekedar menyalahkan hukum buatan Sang Pencipta Yang Maha Tahu.

c.Mencuri, maka balasannya dilihat jumlah yang dicuri dan apa penyebab mencuri. Hukuman yang jelas adalah dipotong tangan bila terbukti benar akibat kejahatannya sendiri (hitung-hitung, analisis, dampak sebab akibatnya….), jangan hanya sekedar menyalahkan hukum buatan Sang Pencipta Yang Maha Tahu.

c.Korupsi ???, alasannya sama dengan mencuri potong kedua tangannya saja. Kalau di China lebih heboh lagi, satu peluru untuk satu koruptor (penghematan anggaran pembelian peluru).

d.Enggan berzakat, infaq dan bershadaqah, hukuman….bisa jadi Allah mengambil dengan cara Allah agar hatinya terbuka. (hitung-hitung, analisis, dampak sebab akibatnya….), jangan hanya sekedar menyalahkan hukum buatan Sang Pencipta Yang Maha Tahu. Khusus enggan zakat, ancamannya adalah dianggap keluar dari komunitas orang yang berserah diri kepada Sang Penguasa Alam Semesta Allah Jlla wa Azza.

e.Enggan Sholat secara sengaja, …. ya sudah berbeda status (tidak like this lagi dengan umat Muhammad) sehingga sudah di luar perlakuan.

f.Berbuat zhalim terhadap orang lain, maka siap-siap berhadapan dengan doa-doa orang yang dizahalimi tersebut. (hitung-hitung, analisis, dampak sebab akibatnya….), jangan hanya sekedar menyalahkan hukum buatan Sang Pencipta Yang Maha Tahu.

g.Zinah….hmmm lezat sementara…hukumannya dicambuk untuk yang masih lajang dan dirajam untuk yang sudah menikah. (hitung-hitung, analisis, dampak sebab akibatnya….), jangan hanya sekedar menyalahkan hukum buatan Sang Pencipta Yang Maha Tahu dan dianggap kurang manusiawi atau melanggar hak-hak azazi manusia alasan kalau senang sama senang….????. Padahal dibalik itu akan muncul sebuah bencana kemanusiaan yang luar biasa yang akan menghancurkan nilai-nilai kemanusiaan itu sendiri.

h.Berbuat zhalim terhadap lingkungan, maka siap-siap berhadapan dengan kekuatan alam ketika mulai bosan dengan tingkah manusia zhalim tanpa pandang bulu.

i.Berbuat syirik, hmm…lebih hati-hati lagi ! di dunia tidak diurus lagi (di istijrad ), di akhirat tak terampunkan karena sudah menyakiti Perasaan Halus dari Yang Maha Halus yaitu Allah, Allah Maha Cemburu karena tidak mau diduakan….(Anda saja cemburuan bila diduakan, apalagi Sang pencipta alam ini, bila diduakan akan kecintaannya maka Ia pun akan cemburu).

Dari sembilan contoh saja sudah jelas, manusia diminta untuk berpikir ulang dengan menghitung-hitung, menganalisis dampak sebab akibatnya….jangka panjang dunia akhirat. Bahkan Umar bin Khatthab ra pernah berpesan dengan pesan yang jelas dan sederhana untuk dicerna :

a.Hisablah dirimu sebelum kamu dihisab.

b.Taqwa itu layaknya berjalan di jalan yang penuh duri, maka hati-hatilah.

Atau Nabi saw mengingatkan dengan pesan sederhana, bahwa kita ini layaknya seorang musafir maka persiapkan diri agar tidak rugi dalam perjalanan, yang ini memiliki arti hitung-hitung dulu amalan maksiat yang dilakukan agar tidak merugikan dalam perjalanan panjang menuju akhirat, bukan berarti boleh bermaksiyat. Hitung-hitung, dianalisis, dipikir-pikir, direnungkan, AMBAK-apa manfaatnya bagiku (apa untungnya), apa sebab akibatnya, dan sebagainya. Artinya jelas ketika akan berbuat maksiyat maka libatkan potensi otak kiri…bukan otak kanan. Kalau otak kanan dilibatkan dalam berbuat maksiyat maka akan semakin kreatif bentuk maksiyat yang dilakukannya. Hukum bisa dihom-pim-pah alaihum gambreng, layaknya sebagian bani Israil atau kaum Yahudi yang menyimpan di belakang punggung mereka akan kebenaran hukum Allah. Hukum bisa diperjual beli. Hukum bisa dibohongi dengan penyakit ‘lupa’, penyakit ‘maag kronis’, ‘hilang ingatan’, ‘sakit jantung koroner’, dan bahkan  bisa jadi ‘kesurupan’…….

Nah, sekarang semoga jelas, bahwa potensi otak kanan dan otak kiri kalau ditempatkan pada tempatnya akan menjadi indah seindah-indahnya. Kenikmatan syurga dunia didapat dan menunggu kenikmatan syurga akhirat. Aman….nyaman…nyamnyam….

(GoesPrie, 2 – 3 – 12)