Biarkan Mereka Apa Adanya tapi….

Ada cerita seorang anak SD saat pembagian raport sekolahnya. Saat dijemput ayahnya, ia dengan ceria menyampaikan pencapaian belajarnya dengan satu indikator, yaitu ranking. “Yah…, alhamdulillah rankingku naik, yah.”

Sang ayah pun bertanya, “Alhamdulillah, syukurlah. Ranking berapa?.”

Sang anak menyampaikannya dengan semangat, “Ranking 22, yah… .”

“Sebelumnya ranking berapa?” , tanya sang ayah kembali.

“Ranking 23…”.

“Dari ?” (maksudnya jumlah total anak dalam kelas).

“hmm… dari 32, ayah..”.

NIKMAT TERBESAR PADA MANUSIA

NIKMAT TERBESAR PADA MANUSIA

Ada lirik syair nasyid dari tim nasyid dari Malaysia dengan judul “Iman Mutiara”, dimana di sana ditulis :

// Iman tak dapat diwarisi // Dari seorang ayah yang bertaqwa //

// Ia tak dapat dijual beli // Ia tiada di tepian pantai //

Yah, Iman adalah sebuah nikmat yang terbesar yang dikaruniakan kepada seorang hamba pilihan Allah, selain nikmat lainnya yaitu Islam, Sehat, Sempat dan kehidupan. Dengan iman, seseorang dapat mengenal Islam dan beramal dengan landasan Islam dan Iman. Layaknya pohon yang mengeluarkan buah, buahnyapun miliki manfaat yang besar bagi orang lain.

Anak bagaikan Emas di dalam Batu

Anak bagaikan Emas di dalam Batu

Dalam sebuah kegiatan seminar Parenting di sebuah sekolah SD di sesi sharing, banyak peserta yang terdiri dari orangtua mengeluh tentang anaknya. Keluhan itu mulai dari kesulitan cara mengajar anaknya di rumah, bingung kebiasaan buruk belajar anak, susah membaca, susah berhitung, tidak sabar menemukan potensi anaknya, dan banyak lagi.

Saya sampaikan sebuah analogi kepada peserta seminar. “Ayah, Bunda. Anak kita itu ibaratkan sebuah bongkahan emas yang tersembunyi di dalam bongkahan batu yang keras. Lalu kira-kira bagaimana cara Ayah Bunda untuk dapat emas itu?”

Menumbuhkan Minat Baca pada Anak sejak Dini

Menumbuhkan Minat Baca pada Anak sejak Dini

“Ayah….celita buku ini dong…”.

“Bunda…bacain buku ini dong…”.

Permintaan si mungil dengan tutur bahasa cadel mereka kepada kita sambil membawa sebuah buku. Orangtua saat itu sedang sibuk dengan gawainya. Apakah sedang chatting, atau sedang menonton sesuatu, atau sedang main game, baru pulang kerja atau lainnya.

Ada yang baru pulang kerja dan capek sekali. Hmmm…. pasti cari fasilitator lain donk (senyum…), “Bunda…ini adik mau minta diceritain”. “Kakak…tolong adik yah, bunda lagi ada chattingan nih” .

Apalagi kalo saat akhir bulan, kepala kemut kemut.

Sebuah Pengalaman_Namung Sak Plinthengan

Cerita 1, saat Kuliah Kerja Nyata

Ada seorang guru, tepatnya kepala sekolah sebuah sekolah dasar Muhammadiyah di tempat saya KKN (Kuliah Kerja Nyata), di daerah Sleman. Tepatnya di dusun Losari II desa Wukirsari Kecamatan Prambanan Kabupaten Sleman Yogyakarta.

Waduh saya susah untuk mengingatnya, sampai saya cari di Goole Maps. Maklum sudah hampir dari 30 tahun yang lalu, lebih kurang, atau antara tahun 1994 atau 1995. Seingat saya, daerah itu daerah pegunungan agak tandus, susah air, jalan utama berliku satu-satunya dan banyak kelokan tanjakan tajam. Berbatasan dengan tiga kabupaten.

HUDA, Siswaku (2)

HUDA, Siswaku (2)

Saya sudah lupa tahun berapa kejadian ini, bisa jadi sekitar tahun dua ribu belasan… Berawal dari undangan di sebuah acara pelatihan guru Jaringan Pendidikan Sekolah Islam Terpadu (JSIT) se Ogan Komering Ulu Raya di Belitang.

Perlu diketahui bahwa Ogan Komering Ulu (OKU) Raya ini diistilahkan kumpulan beberapa kabupaten yang pernah tergabung dalam kabupaten OKU. Dan Belitang adalah sebuah daerah yang sedang berkembang maju pesat, di wilayah Ogan Komering Ulu Timur, Sumatera Selatan.

Manusia Lampau Lebih hebat dari yang Sekarang

Pernah terbayang tidak di kita bahwa manusia-manusia zaman dahulu lebih hebat dari kita sekarang? Kemudian muncul pertanyaan lagi, seberapa hebat? Kehebatan apa yang mereka miliki? Apa buktinya? Biasa… setiap manusia pasti memiliki jiwa seperti wartawan (ilmu jurnalistik alamiah) dengan menggunakan 5 W 1 H (Who, What, Where, When, Why and How). Untuk itu, mari kita mentadabbur ayat-ayat Allah sekaligus bertafakkur ayat-ayat kauniyah. Tujuannya agar kita semakin yakin dan bertambah keimanan kita kepada keberadaan sang Pencipta.

Dalam al Qur’an surat Ar Rum (30) ayat 9 yang artinya : “Dan apakah mereka tidak mengadakan perjalanan di muka bumi dan memperhatikan bagaimana akibat (yang diderita) oleh orang-orang sebelum mereka? orang-orang itu adalah lebih kuat dari mereka (sendiri) dan telah mengolah bumi (tanah) serta memakmurkannya lebih banyak dari apa yang telah mereka makmurkan. Dan telah datang kepada mereka rasul-rasul mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata. Maka Allah sekali-kali tidak berlaku zalim kepada mereka, akan tetapi merekalah yang berlaku zalim kepada diri sendiri”.

Dalam tafsir ibnu Katsir menjelaskan bahwa maksud  dari “mereka itu adalah orang-orang yang lebih kuat dari kalian dan telah mengolah bumi serta memakmurkannya lebih dari apa telah kalian makmurkan” adalah mereka yaitu umat-umat terdahulu / bangsa-bangsa terdahulu adalah orang-orang yang lebih kuat (maju) dari kita sekarang perbandingannya. Bahkan dijelaskan juga bahwa perbandingan kemampuan kita dengan mereka hanyalah seper sepuluhnya saja (atau bahkan kurang lagi dari itu). Mereka hidup lebih mapan, membangun dunia dengan lebih dari apa yang kita lakukan, menggarap bumi ini lebih hebat dari kita sekarang. Perbandingannya menurut tafsir tadi adalah sepersepuluh nya.

Balasan bagi 3 Kelompok Besar Manusia di Akhirat

Pada ulasan lalu, bahwa menurut QS. Al Waqi’ah, manusia terbagi menjadi 3 kelompok besar di akhirat, yaitu : kelompok/golongan beriman terdahulu (assabiqunal awwalun), golongan kanan (ashhabul yamin) dan golongan kiri (ashhabul syimal). Masing-masing golongan ini mendapatkan balasan secara adil dari Allah SwT sesuai dengan apa yang mereka lakukan ketika hidup di dunia.

Mengingatkan kembali, bahwa golongan beriman terdahulu adalah golongan penerima awal dari dakwah para anbiya’ wal mursaliin as dan yang ikut diawal dakwah yang ikut menyebarkannya. Termasuk juga umatnya nabi Muhammad saw, yang dikategorikan sebagai assabiqunal awwalun dan para pionir-pionir dakwah di setiap masa dan tempat.

Golongan kanan adalah golongan orang-orang beriman secara umum, baik dari kalangan umat terdahulu maupun kemudian. Mereka beriman kepada Allah, kepada para nabi dan rasulNya, beriman kepada hari akhir. Dan golongan kiri adalah golongan yang tidak beriman dari semua itu, orang yang berbuat kezaliman besar berupa menyekutukan Allah, dan orang yang sesat dari dinullah dan yang mengajak kesesatan.

3 Golongan Manusia di Padang Masyhar

Setelah hari kiamat terjadi, kemudian masuk ke dalam masa penantian di Padang Masyhar yang lamanya kita tidak pernah tahu. Ulama banyak berbeda pendapat tentang masa penantian tersebut. Kemudian manusia di hisab amalnya sesuai dengan apa yang ia lakukan di dunia. Yang menjadi sorotan kita adalah pada saat itu manusia dibagi menjadi beberapa kelompok. Dalam Surat Al Waqiah, surat 56 dijelaskan bahwa manusia terbagi menjadi 3 (tiga) kelompok, yaitu : Kelompok Kanan (Ashhabul Maimanah), Kelompok Kiri (Ashhabul Masy-amah), Kelompok Orang Beriman terdahulu (Assabiqun)

Catatan Muhasabah (Evaluasi) Ramadhan 1441 H Kita

Catatan Muhasabah (Evaluasi) Ramadhan 1441 H Kita

MBR (Muslim Blog Reader) yang dirahmati Allah SwT, tidak terasa hari ini tanggal 23 Mei 2020 atau 30 Ramadhan 1441 merupakan hari terakhir. Doa kita diakhir Ramadhan ini tetaplah “Allahumma innaka ‘afuwwun karim Tuhibbul ‘afwa Fa’fu’anni” dan juga “Baarikillahumma lanaa fii Syahri Ramadhan”. Tapi ada tambah lagi semoga Allah bukakan kesempatan panjang umur agar dapat bertemu lagi di Ramadhan tahun depan dengan tetap terpanggil panggilan iman.

MBR yang berbahagia mari kita bermuhasabah diri atau introspeksi diri atau mengevaluasi diri , perjalanan ibadah kita di bulan Ramadhan tahun ini.

Pohon tidak Beragama atau Atheis?

Pohon tidak Beragama atau Atheis ?

Seorang yang menyatakan dirinya Islam berarti ia telah menyatakan dirinya berserah diri, pasrah, masuk ke dalam agama keselamatan yang membawa keselamatan bagi dirinya, menjadi agen penyelamat dan keselamatan bagi orang lain, dan tidak menduakan atau mentigakan atau membanyakkan tuhan sesembahannya, dan menyerahkan seluruh aktivitas dirinya bahkan hidup – mati hanya kepada Rabbul Jalal. “Qul inna sholaatiy wa nusukiy wa mahyaaya wa mamaatiy Lillahi Rabbul’alamiin. Laa syariikalahu, wa bi dzaalika umirtu wa ana awwalul muslimiin” (QS. Al An’am ayat 162 – 163).

Kemudian seorang muslim wajib berkonsekuensi menyatakan dirinya beriman, kepada Sang Pencipta Allah al Khaliq, para MalaikatNya, dengan kitab-kitab yang diturunkanNya yaitu al Qur’an dan kitab-kitab sebelumnya, kepada para nabi dan rasulNya mulai nabi Adam as hingga nabi Muhammad saw, kepada akan terjadinya hari kiamat beserta peristiwa di dalamnya, kepada takdir baik maupun buruk yang ditetapNya. Beriman pula kepada apa-apa yang disampaikan oleh Rasulullah saw beserta nubuwwat yang telah disampaikan beliau.

Pernah terjadi percakapan : “Jangan tanam pohon cemara ah…”. Lalu sang teman lainnya  bertanya,”Mengapa?”. Dijawab teman pertama,”Menanam pohon cemara sama saja menanam simbol agama Kristen…”. Teman kedua,”Maksudnya….?”

6 Hal yang Harus Ditakuti seorang Mukmin

6 Hal yang Harus Ditakuti seorang Mukmin

Dalam buku / kitab Nashaihul ‘Ibad atau Nasehat untuk Para Hamba, dijelaskan ada sebuah nasehat dari seorang shahabat ‘Utsman bin ‘Affan ra berkenaan dengan kehidupan seorang mukmin.

‘Utsman bin ‘Affan ra adalah salah seorang shahabat Rasulullah SAW yang terkenal sebagai seorang pemalu, pemurah/dermawan, khalifah Rasulallah SAW ketiga dan selalu dekat dengan al Qur’an. Sampai akhir hayatnya ia tetap dekat dengan al Qur’an, mati dalam keadaan syahid, terbunuh dan dalam keadaan mendekap mushaf al Qur’an.

Secuil Telekonferensi antara Ahli Syurga dengan Ahli Neraka

Secuil Telekonferensi antara Ahli Syurga dengan Ahli Neraka

Dalam al Qur’an ada banyak dialog-dialog penuh pelajaran atau ibroh, baik itu yang terjadi pada masa lalu maupun pada masa depan sesudah kehidupan di dunia. Dialog pada masa depan ini terjadi pada hari akhir yaitu seperti di padang Masyhar, di dalam neraka, di dalam syurga, telekonferensi penduduk syurga dengan penduduk neraka.

Khusus untuk perbincangan antara penduduk syurga dan neraka ini merupakan bentuk tanya jawab berkenaan sebab akibat masing-masing mereka bisa menjadi penghuni yang mereka tempati. Allah memfasilitasi dengan teknologi akhirat berupa telekonferensi seperti halnya teknologi telekonferensi saat di dunia hanya berbeda bentuk. Di antara dialog mereka dijelaskan Allah swt al Qur’an Surat Al Muddatstsir ayat 40 – 47.

3 Sikap Umat Islam terhadap Al Qur’an

3 Sikap Umat Islam terhadap Al Qur’an

Hikmah diturunkannya Al Qur’an di bulan Ramadhan dan penetapan kewajiban puasa di bulan Ramadhan tidak secara kebetulan. Allah menetapkan demikian agar umat Islam yang terpanggil keimanannya mengingat terus tentang keutamaan dari Al Qur’an sekaligus sembari menjalankan ibadah puasanya. Juga untuk mengingatkan bahwa bulan Ramdahan adalah bulan Al Qur’an, dimana Al Qur’an sebagai kitab terakhir ditunjuk sebagai rujukan bagi seluruh manusia untuk menjalani kehidupannya di dunia (way of life). Memperbaiki dan meningkatkan diri dalam berinteraksi dengan Al Qur’an.

10 Hadiah untuk Penghuni Syurga dan Penghuni Neraka

10 Hadiah untuk Penghuni Syurga dan Penghuni Neraka

Ketika seluruh manusia selesai dihisab Allah al Hakim al ‘Adli di Padang Masyhar, maka terpisahkannlah dua golongan besar. Dua golongan besar tersebut adalah ahli Syurga dan ahli Neraka, golongan kanan (Ashabul yamiin) dan golongan kiri (Ashabul Syimaal). Masing-masing orang dari dua golongan mendapatkan masing-masing hadiah spesial dari Allah SwT berupa cincin masing-masing berjumlah 10 keping. Cincin apa saja yang mereka dapatkan?

Hikmah di tengah Wabah Pandemi

Hikmah di tengah Wabah Pandemi

Hikmah memiliki makna yang banyak. Salah satunya adalah menurut DR Shaleh bin Abdullah bin Humaid, kata hikmah berasal dari kata al Hakamah yang berarti tali kekang hewan yang dengannya orang bisa mengendalikan hewannya sesuai dengan keinginannya. Allah memberikan hikmah kepada manusia di setiap kejadian atau sesuatu agar manusia mengambil kebaikan di dalamnya dan terhindar dari akhlak, sifat dan perbuatan yang tidak terpuji.

Tiga bulan terakhir ini dunia terkena oleh sebuah wabah yang membuat seluruh penduduk bumi ini diselimuti rasa ketakutan dan kecemasan. Wabah tersebut bernama Covid-19 yang merupakan kepanjangan dari Corona Virus Disease Tahun 2019.

“Positif”nya Covid-19 di bulan Ramadhan II

“Positif”nya Covid-19 di bulan Ramadhan II

Hay gaes…(ngucapkan gitu…). Kita lanjut. Kemarin kita bahas visi bulan Ramadhan di tahun kembar ini di tengah wabah pandemi. Kita lanjutkan bahasannya ya… Tanpa gangguan, suwer deh. Tanpa ada yang kluyuran di jalan-jalan pake motor reng-reng-reng!!!, kalau kluyuran apalagi tanpa masker ditangkap dikarantina 1×24 jam (apalagi di daerah jalur merah), tanpa ada dar-der-dor mercon di malam maupun di siang hari, tanpa ada kluyuran ke mall-mall di waktu siang apalagi malam, , sore-sore gak kluyuran sibuk cari buka-an, ke masjid harus sangat-sangat ketat terapan aturan SOP kesehatan, dll. Artinya kita diminta untuk fokus, fokus ibadah, fokus meningkatkan diri ibadah puasa dan amalan-amalan sunnah di dalamnya. Mumpung kumpul bersama keluarga lengkap “#dirumahaja” sehingga bisa berlatih kembali hidupkan tarbiyah keluarga

“Positif”nya Covid-19 di bulan Ramadhan I

“Positif”nya Covid-19 di bulan Ramadhan I

Sudah lama tidak mengisi corat-coret di blog saya. Yah…. tepatnya 17 Pebruari 2017 yang lalu. Lam…ma bener… 3 tahun 3 bulan 13 hari sekian jam menit detik. Tidak mau buat alasan untuk membela diri. Now, I want to actively writing about anything again, ceile… basa inggis lagi, salah gak ya?.

Tema yang sedang hangat saat ini adalah Covid and Ramadhan. Aku, kamu, dan kita semua mahfum, sekarang berada di bulan puasa, bulan ramadhan. Dan… pada masa dimana ada wabah pandemi yang namanya Covid-19. Terbayang gak ya, bagaimana kita menjalankan ibadah puasa ini di tengah-tengah wabah tersebut. Sementara sebagian orang berpolemik tentang definisi mudik dan pulang kampung, sampai-sampai wikipedia turun tangan meleraikan perdebatan sengit masalah definisi. Lupakan.

Kisah-kisah Para Malaikat yang “Kecele”

Kisah-kisah Para Malaikat yang “Kecele”

 

Para Malaikat as yang “kecele” ? mengapa? Padahal kita ketahui bahwa para Malaikat as itu diciptakan Allah SwT dari cahaya, memiliki sifat terus menerus beribadah, sujud dan ruku’ kepada kepada Allah tanpa menentang sedikitpun atas perintah yang diperintahkan pada mereka as. “Laa ya’shuunallaha maa amarahum wa yaf’aluuna maa yu’maruun” (QS.66 ayat 6). Ya…mereka pernah “kecele” ketika mereka bertemu dengan hamba-hamba Allah yang memiliki keterikatan dengan Allah sangat tinggi. “Kecele” di sini bukan dalam arti negatif tetapi dalam artian di luar dugaan apa yang ada dan apa yang dimiliki sosok manusia keturunan Adam as ketika mereka mendaapatkan nikmat hidayah dan tauhid yang tinggi. Dalam kasus-kasus apa saja para Malaikat as sempat “kecele”, di bawah ini ada beberapa kisah-kisah tersebut :

Berbagi ilmu Berbagi rejeki Melalui menulis

Berbagi ilmu Berbagi rejeki Melalui menulis

Menulis adalah sesuatu yang sulit deh…, ya… sulit cari ide, sulit menyusun kata-kata, sulit mencari waktu tepat untuk “mood menulis”, dan kesulitan-kesulitan lain yang muncul jika berhubungan dengan tulis menulis. Tapi yakinlah bahwa “ala bisa karena biasa”. Ada istilah awalnya “dipaksa” pastilah akan “terpaksa”. Karena “terpaksa” maka akan berusaha membiasakandiri  akan “keterpaksaan” itu menjadi suatu yang “biasa”. Karena “terbiasa” telah terlewati maka akan menjadi “bisa”. Dalam keadaan “bisa” yang menjadi “kebiasaan” muncullah sebuah karya yang “luar biasa”. Ya suatu yang biasa yang dilakukan berulang dan sedikit bumbu modifikasi dan ide pasti akan menghasilkan sesuatu yang luarbiasa. Ketika mendapatkan yang “luarbiasa” ia akan ketagihan, apalagi dari hasil tulis menulis itu menghasilkan sesuatu berupa “pundi” rejeki baginya, ya…tidak hanya berupa uang tapi ilmu baru yang mendatangkan keahlian baru.